REDAKSI99.ID – Jakarta, Aktivitas Gunung Lewotobi menunjukkan peningkatan signifikan sejak Senin (24/11/2025) pukul 14.00 Wita, ditandai kenaikan gempa vulkanik yang mengindikasikan suplai magma baru bergerak cepat ke permukaan dan berpotensi memicu erupsi eksplosif. Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi, Lana Saria, menyampaikan bahwa erupsi terakhir terjadi pada 18 Oktober 2025.
Baca Juga: Kisah Tragis TKI Dianiaya Majikan 20 Tahun di Malaysia, Fakta Baru Terungkap!
Analisis Kegempaan Terkini
Dalam laporan khusus pukul 16.00 Wita, Lana menjelaskan gempa embusan menunjukkan fluktuasi, namun jumlahnya relatif stabil sehingga menandakan suplai gas dan magma masih berlangsung. Rekaman seismograf didominasi gempa non-harmonik dan low frequency, yang menguatkan indikasi aktivitas vulkanik dangkal. Data deformasi dari tiltmeter menunjukkan inflasi signifikan, menandakan pergerakan magma dari kedalaman menuju permukaan masih terus terjadi.
Data Instrumental Mengonfirmasi Aktivitas Gunung Lewotobi yang Meningkat
Pemantauan GNSS mencatat fluktuasi dalam satu minggu terakhir, namun tiga hari terakhir menunjukkan tren kenaikan komponen vertikal. Secara visual, puncak gunung terlihat jelas hingga kabut tipis dengan asap kawah berwarna putih bertekanan lemah, intensitas sedang–tebal, setinggi 100–200 meter. Berdasarkan analisis gabungan, status Gunung Lewotobi Laki-laki dipertahankan pada Level III (Siaga).
Imbauan Resmi
Badan Geologi meminta masyarakat dan wisatawan tidak beraktivitas dalam radius 6 kilometer dari pusat erupsi. Masyarakat diminta tetap tenang, mengikuti arahan pemerintah daerah, serta tidak mempercayai informasi tidak jelas. Warga juga diimbau mewaspadai potensi banjir lahar di daerah aliran sungai seperti Nawakote, Dulipali, Nobo, Hokeng Jaya, dan Nurabelen, serta menggunakan masker jika terdampak hujan abu.
Peringatan PVMBG atas Peningkatan Aktivitas Gunung Lewotobi
PVMBG menegaskan aktivitas gunung naik signifikan dan meminta seluruh warga mengosongkan zona bahaya 6 km dari puncak. “Kami sampaikan bahwa saat ini terjadi peningkatan aktivitas G. Lewotobi Laki-laki, Nusa Tenggara Timur secara signifikan. Dimohon untuk segera mengosongkan radius rekomendasi bahaya sejauh 6 km dari puncak,” tulis PVMBG. Warga diminta tidak panik tetapi segera meninggalkan area berbahaya demi keselamatan.
PVMBG juga memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah, BPBD, TNI, Polri, dan tim penanggulangan bencana untuk segera menyebarkan informasi kepada seluruh warga di zona berisiko. Pemantauan aktivitas gunung akan diperbarui apabila terjadi perubahan berarti.
Masih Terasa Dampaknya di Lapangan
Meski erupsi besar terjadi setahun lalu, dampak aktivitas gunung masih dirasakan masyarakat. Status tanggap darurat masih diberlakukan, sementara rehabilitasi, perbaikan akses, pembangunan hunian sementara, dan pemulihan ekonomi terus berlangsung di desa-desa terdampak. Sebaran abu masih terpantau secara periodik sehingga warga diminta tetap waspada.
Pandangan Ahli Lingkungan
Samuel Finley, B.Sc.PH., MSi., M.Sc.PH., Sekretaris Jenderal Iluni School of Environmental Science Universitas Indonesia, menekankan pentingnya percepatan pemulihan pascabencana. “Setahun adalah waktu panjang bagi masyarakat untuk menunggu kepastian pemulihan. Proses rehabilitasi harus memastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi—mulai dari hunian sementara, air bersih, fasilitas kesehatan, hingga dukungan psikososial,” ujarnya.
Samuel menilai pemulihan harus dibangun dengan tata kelola kebencanaan yang terintegrasi. “Pemerintah perlu memastikan standar keamanan hunian sementara dan percepatan pembangunan hunian tetap. Ini bukan hanya soal fisik, tetapi tentang memulihkan martabat dan kehidupan warga terdampak,” tambahnya. Ia juga menyampaikan dukungan moral agar masyarakat tetap kuat dan mengikuti arahan resmi petugas.
