REDAKSI99.ID – Jakarta, Pemerintah Jepang mengeksekusi terpidana mati pembunuh berantai, Takahiro Shiraishi (34) dengan cara digantung. Shiraishi dijuluki sebagai ‘Twitter Killer’ karena terbukti melakukan pembunuhan sadis terhadap 9 orang korbannya.
Eksekusi mati ini pertama kali sejak tahun 2022 seorang terpidana mati dieksekusi di Jepang. Eksekusi mati dilakukan pada hari Jumat (27/6) waktu setempat.
Takahiro Shiraishi dijatuhi hukuman mati pada tahun 2020 oleh pengadilan cabang Tachikawa Distrik Tokyo. Hakim menggambarkan tindakannya sebagai “kejahatan yang sangat jahat dalam sejarah kriminal” karena membunuh sembilan orang dalam kurun waktu dua bulan. Putusan itu kemudian difinalisasi.
Menurut putusan pengadilan, Takahiro Shiraishi membunuh sembilan orang, terdiri dari delapan wanita dan satu pria yang berusia antara 15 dan 26 tahun. Aksi keji itu dilakukan di apartemennya di Zama, Prefektur Kanagawa.
Shiraishi secara khusus menargetkan korban yang mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri di media sosial, terutama melalui platform Twitter. Karena modus operasinya ini, ia dijuluki sebagai ‘Twitter Killer’.
Baca Juga: Ancaman Besar! Iran Siapkan Penutupan Selat Hormuz
Menteri Kehakiman Jepang Soroti Aksi Pembunuh Berantai Takahiro Shiraishi

Menteri Kehakiman Keisuke Suzuki mengatakan kejahatan Shiraishi, yang dilakukan pada tahun 2017, termasuk “perampokan, pemerkosaan, pembunuhan… penghancuran mayat dan penelantaran mayat”.
Shiraishi begitu sadis terhadap para korbannya. Dia memutilasi korbannya dan membuang tubuh korban ke tempat sampah.
“Sembilan korban dipukuli dan dicekik, dibunuh, dirampok, dan kemudian dimutilasi dengan bagian-bagian tubuh mereka disembunyikan dalam kotak, dan sebagian dibuang di tempat pembuangan sampah,” kata Suzuki.
Suzuki menganggap bahwa Shiraishi bertindak untuk memuaskan hasrat seksual dan finansialnya sendiri.
“Setelah banyak pertimbangan yang cermat, saya memerintahkan eksekusi.”
Diketahui bahwa Shiraishi memancing para korban ke apartemen dekat ibu kota, kemudian ia membunuh dan memutilasinya.
Ia menyembunyikan bagian-bagian tubuh mereka di sekitar apartemen dalam pendingin dan kotak peralatan yang ditaburi dengan sampah kucing dalam upaya untuk menyembunyikan bukti.
Takahiro Shiraishi

Takahiro Shiraishi sempat bekerja sebagai pengintai, orang yang mencari dan membujuk perempuan untuk bekerja di rumah bordil atau industri seks di kawasan Kabukicho, distrik lampu merah terbesar di Tokyo.
Beberapa orang memperingatkan kepada warga sekitar tentang Shiraishi, menggambarkannya sebagai sosok “pengintai yang menyeramkan”.
Pada Agustus 2017, Shiraishi pindah ke sebuah apartemen di Zama, Prefektur Kanagawa.
Melalui media sosial Twitter, Shiraishi mulai menghubungi orang-orang yang mengungkapkan keinginan untuk bunuh diri.
Ia mengundang mereka ke apartemennya, dengan dalih akan membantu mereka mengakhiri hidup atau sekadar menemani saat mereka melakukannya.
Seorang temannya menyebut bahwa Shiraishi sudah sejak lama menunjukkan perilaku menyimpang, termasuk sering melakukan permainan mencekik saat masih sekolah.
Hal ini sesuai dengan kondisi jasad para korbannya, yang menunjukkan tanda-tanda dicekik hingga tewas.