REDAKSI99.ID – Jakarta, Kabut beracun New Delhi semakin tebal dan berbahaya, memaksa pemerintah federal India memberlakukan pembatasan ketat di bawah Rencana Tindakan Respons Bertingkat (GRAP) Tahap II. Langkah ini diambil setelah kualitas udara di wilayah ibu kota India terus menurun hingga masuk kategori sangat buruk.
Dalam rapat darurat pada Minggu (19/10), Komisi Manajemen Kualitas Udara melaporkan peningkatan tajam AQI di Delhi-NCR, mencapai 302 pada malam hari dan diperkirakan terus memburuk dalam beberapa hari ke depan.
“Oleh karena itu, pihak Subkomite memutuskan untuk menerapkan semua tindakan di bawah Tahap II (Kualitas Udara Sangat Buruk) dari GRAP yang masih berlaku di seluruh NCR, dengan segera, selain tindakan Tahap I yang sudah berlaku,” ujar pernyataan resmi komisi tersebut.
Kabut Beracun New Delhi Picu Penerapan Pembatasan Ketat
Wilayah metropolitan Delhi-NCR yang dihuni lebih dari 30 juta penduduk kembali menempati posisi teratas sebagai kota dengan udara paling tercemar di dunia. Setiap musim dingin, kabut beracun di langit New Delhi membuat banyak warga mempertimbangkan untuk pindah demi kesehatan keluarga mereka.
Salah satunya adalah Natasha Uppal (36), pendiri kelompok dukungan kesehatan ibu Matrescence. Ia bersama suaminya memutuskan meninggalkan Delhi karena tak tahan dengan paparan polusi udara yang terus memburuk. “Keluar dari kota berpolusi itu adalah keputusan terbaik,” katanya.
Uppal menilai udara bersih adalah “hak asasi manusia yang mendasar”, dan menyesalkan bahwa banyak warga Delhi tidak lagi bisa menikmati hal tersebut. “Setiap orang seharusnya bisa menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar,” ujarnya.
Dampak Kesehatan dari Kabut Beracun New Delhi
Setiap musim dingin, kabut beracun menyelimuti New Delhi dan menutupi kota dengan asap tebal akibat pembakaran lahan, emisi pabrik, dan lalu lintas padat. Partikel halus PM2.5 yang berbahaya tercatat hingga 60 kali lebih tinggi dari batas aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Meski pemerintah India telah melakukan berbagai upaya, seperti membatasi kendaraan dan menyemprot jalan dengan truk air, hasilnya belum signifikan. Tahun ini, otoritas berencana melakukan penyemaian awan untuk mencoba menurunkan kadar polusi.
Sebuah laporan kesehatan menunjukkan, polusi udara di India menyebabkan jutaan kasus penyakit pernapasan setiap tahun. Antara 2009 dan 2019, diperkirakan 3,8 juta kematian di India terkait langsung dengan kualitas udara yang buruk.
Kabut Beracun New Delhi Ubah Gaya Hidup Warga
Dampak kabut beracun New Delhi tidak hanya terasa di paru-paru, tapi juga di gaya hidup warganya. Vidushi Malhotra (36), misalnya, mengalami masa sulit ketika anaknya yang berusia dua tahun sering jatuh sakit akibat udara kotor. “Kami memiliki tiga pembersih udara yang menyala terus-menerus, lalu saya membutuhkan lebih banyak lagi,” tuturnya.
Akhirnya, Malhotra memutuskan pindah ke Goa bersama keluarga. Ia bahkan mengajak teman-temannya untuk ikut meninggalkan Delhi, memulai apa yang ia sebut “gerakan mini”. Kini, beberapa di antara mereka mengikuti langkah tersebut demi mencari udara yang lebih layak dihirup.
