REDAKSI99.ID – Jakarta, Kasus keracunan MBG Gunungkidul terjadi di dua sekolah di Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Sebanyak 695 siswa dan guru dari SMKN 1 dan SMPN 1 Saptosari mengalami gejala mual, muntah, hingga diare setelah menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (28/10/2025).
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, mengonfirmasi kejadian ini. “Hari ini sudah saya hitung ada 695 korban yang diduga keracunan. Korban tidak hanya murid, tapi juga ada sepuluh guru yang mengalami gejala sama,” ujarnya di RSUD Saptosari, Rabu (29/10/2025).
Menurut laporan awal, dari total 1.154 murid SMKN 1 Saptosari, sebanyak 476 murid dan 10 guru mengalami gejala keracunan. Sementara itu, di SMPN 1 Saptosari, 186 siswa juga melaporkan gejala serupa.
Baca Juga: Kemensos Bantu Banjir Semarang, Salurkan Rp3,6 Miliar
Kronologi Terjadinya Keracunan MBG Gunungkidul
Berdasarkan hasil penelusuran, keracunan MBG di Gunungkidul berawal setelah para siswa menyantap makanan program MBG pada Selasa siang. Gejala seperti mual, sakit perut, dan muntah mulai muncul secara bertahap sejak sore hari hingga keesokan paginya.
“Kemarin sudah kami monitor, dan baru hari ini dapat laporan lengkap kalau ada 695 anak diduga terdampak keracunan MBG,” kata Bupati Endah.
Kepala SMPN 1 Saptosari, Emy Indarti, menuturkan bahwa sebagian siswanya mengeluh sakit saat kegiatan sekolah berlangsung. “Akhirnya kami data kemudian dibawa ke RSUD Saptosari. Keluhannya diare, mual, muntah-muntah, hingga sakit perut,” jelas Emy.
Pemerintah Siaga Tangani Keracunan MBG Gunungkidul
Menanggapi insiden keracunan MBG Gunungkidul, pemerintah daerah langsung menurunkan tim dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas Saptosari. Ambulans disiagakan untuk mengangkut siswa yang membutuhkan perawatan medis.
“Seluruh ambulans dan tenaga medis sudah dikerahkan untuk menangani kasus ini,” ujar Endah. Ia juga memerintahkan agar pengawasan terhadap penyedia makanan MBG diperketat.
Bupati bahkan sempat menegur keras pengelola penyedia makanan yang dinilai kurang bertanggung jawab. “Saya marah dan marah beneran. Saya m
Evaluasi Pelaksanaan
Endah menekankan agar peristiwa keracunan MBG dijadikan bahan evaluasi serius bagi seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis. Ia menegaskan bahwa makanan untuk siswa bukan hanya soal penyajian, tetapi juga tentang keamanan dan kualitas bahan pangan.
“Memasak harus menggunakan hati agar masakan benar-benar enak dan aman disajikan. Kalau bahan-bahannya tidak berkualitas, jangan diterima. Dan jangan memasukkan makanan ke wadah dalam kondisi panas karena bisa memicu bakteri,” tegasnya.
Ia menambahkan, “Kami mendukung pelaksanaan program dari Presiden Prabowo, tapi keamanan dari menu yang disajikan harus benar-benar bisa dipastikan.”
Pemeriksaan Laboratorium
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menyampaikan bahwa gejala keracunan MBG umumnya berupa mual, pusing, sakit perut, dan diare. Sebagian besar korban dirawat di puskesmas dan rumah sakit, sementara sisanya menjalani rawat jalan.
“Yang dirawat di Puskesmas Saptosari ada 34 korban, sedangkan di RSUD Saptosari ada 18 korban. Kondisinya sekarang juga sudah membaik,” ujarnya.
Dinas Kesehatan telah mengambil sampel makanan dari program MBG untuk diuji di laboratorium. “Sampel makanan telah diambil untuk dibawa ke laboratorium guna dilakukan pengujian agar diketahui penyebab pasti penyakit yang diderita para korban,” jelas Ismono.
